Jumlah pengungsi korban ancaman longsor di Kecamatan Talegong bertambah dari 202 jiwa menjadi 285 jiwa, Sabtu (27/12). Mereka tinggal di gedung SMPN 1 Talegong, tenda, dan rumah-rumah kerabatnya.
Para pengungsi tersebut berasal dari Kampung Talegong, Desa Sukamulya, Kecamatan Talegong. Di kampung tersebut, 1 rumah rusak berat, 14 rusak sedang, 15 rusak ringan, dan 34 rumah lainnya terancam longsor.
Seorang pengungsi, Aep (45), mengatakan dia dan keluarganya memilih meninggalkan rumahnya dan tinggal di pengungsian. Hujan deras yang semakin sering turun membuat mereka khawatir rumahnya tertimbun longsor.
“Kami takut nantinya seperti di Banjarnegara, satu kampung tertimbun longsor. Lebih baik antisipasi, mengungsi duluan sebelum kena longsor. Soalnya, rumah sudah retak-retak,” kata Aep.
Hal serupa dikatakan oleh warga lainnya, Nani (41). Dia memilih tinggal di pengungsian dan membiarkan sebagian besar barangnya tertinggal di rumahnya yang terancam longsor susulan.
“Yang dibawa yang penting saja seperti pakaian, televisi, dan surat-surat penting. Sisanya ditinggal di rumah. Lebih baik menyelamatkan diri daripada mempertahankan barang,” kata Nani.
Camat Talegong, Nurodin, mengatakan bertambahnya jumlah pengungsi ini disebabkan semakin banyaknya jumlah rumah yang terancam. Hujan deras yang terus terjadi membuat sejumlah titik mengalami pergerakan tanah dan longsor.
“Ada 42 keluarga yang mengungsi di gedung sekolah dan tenda. Sisanya, 53 keluarga mengungsi di rumah tetangga. Pusat pengungsian atau poskonya tetap di SMPN 1 Talegong,” kata Nurodin.
Para pengungsi, tuturnya, membutuhkan logistik seperti makanan, selimut, dan kebutuhan balita. Tim kesehatan dari puskesmas setempat, kata Nurodin, setiap hari memeriksa kesehatan para pengungsi. (Sumber Tribu )